Kamis, 13 Desember 2012

Tanduk Tepi Sungai Ciliwung Baru Di Bangun Ambruk


Bogor, ASPIRA
Proyek pembangunan TPT sungai Ciliwung di Kelurahan Branangsiang RW.04 Kecamatan Bogor Timur Kota Bogor jebol pada rabu malam pikul 18:00 WIB 11 Oktober 2012 lalu, padahal proyek yang menelan anggaran ratusan juta rupiah ini belum dilakukan  serah terima dari CV. Wargi sebagi pelaksana proyek ke Dinas Bina Marga (Disbima) Kota Bogor.  Sekitar pukul 18:00 WIB tanggul yang baru dibangun ini tiba-tiba ambruk setelah diguyur hujan padahal proyek ini baru dikerjakan beberapa bulan lalu. Demikian dikatakan saksi mata dilokasi ketika diminta konfirmasi dilapangan Kamis (12/10) lalu.
Menurut warga, pembangunan tanduk ini syarat dengan penyimpangan, karena bila dilihat dari bahan material yang ada sangat tidak sesuai dengan spesifikasi standar sedangngkan dana anggaran yang di gunakan cukup besar. “ iya pak tiba saja ambruk padahal baru dibangun dengan biaya yang cukup besar lihat saja di papan proyeknya”, ujar warga sambil menujuk arah papan proyek yang memang tertera anggaran Rp. 201.601.000 yang di kerjakan CV. Wargi sebagai pelaksana dengan waktu pelaksanaan selama 150 hari kerja.
Sementara dari pemantauan di lapangan proyek ini terkesan asal jadi dan tidak sesuai dengan spek yang ada, seperti turap tebing yang seharusnya menggunakan tulang-tulang tiang sebagai pondasi namun tidak ada sehingga didugan ada penyimpangan dan sudah keluar dari standar sepesifikasi yang ada, bagi pemerintah proyek ini di anggap kecil namun bagi warga setempat dinilai besar dengan nilai anggaran yang fantastik
 Permasalahan inipun langsung di konfirmasikan ketua DPRD Kota Bogor, Ir. Mufti Faoqi yang memang kediamannya tidak jauh dari lokaasi kejadian yang awalmya tidak mengetahui kejadian ini, ketika mengetahui kedatangan ASPIRA mengkonfirmasi permaslahan ini mangatakan, diri tidak mengetahui standar spk yang telah di sepakati pihak pelaksana proyek, Konsultan Pengawas, Inspektorat dan Dinas Bina Marga (Disbima) Kota Bogor mengenai proyek ini dan akan menanyakan hal ini ke pihak-pihak terkait. “Masalah spesifikasi saya harus menanyakan kepada konsultan pengawas dan inspektorat karena yang berhak memeriksa detail itu adalah kewenangan mereka, karena kalau DPRD tidak mengetahui spesifikasi seperti apa yang telah disepakati tetapi kalau menyimpang dari spesifikasi berarti pelanggaran” Ungkapnya
Lebih lanjut diiungkapkannya, “Hal semacam ini yang lebih memahami pemerintah, dan kami akan mendorong pemerintah terkait masalah ini untuk dilakukan pengawasan dalam arti penawasan kebijakan, karena masalah tehknis merupakan kewenangan inspektorat yang sebenarnya sebelum adanya proses pelelangan proyek dan tentunya sudah merancang sedimikian rupa hingga sampai angka anggaran proyek tersebut bisa ditentukan nilai yang harus dikeluarkan dari APBD untuk pengerjaan proyek tersebut dan pihak pelaksana harus mematuhi kesepakatan spesifikasi yang ada. Namun bila dilihat dari kondisi dilapangan rancangan siteplan yang ada kemungkinan sudah benar, tetapi pross pengerjaan dari pihak pelaksana yang terkesan ingin untung besar tanpa menghiraukan dampak yang terjadi di kemudian hari. Bila pengurangan yang dilakukan sudah sesuai kesepakatan awal untuk mengurangi beban biaya maka pihak pelaksana harus mengembalikan sisa anggaran yang tidak terpakai, namun bila pengurangan yang dilakukan untuk hal-hal tertentu berarti ini sebuah pelanggaran dan Perusahaan kontruksi tersebut harus di blacklist dan tidak boleh lagi mengerjakan proyek-proyek pemkot Bogor”, Jelasnya.
ASPIRA yang mendatangi kantor Disbima Kota Bogor, yang langsung di terima kepala dinasnya Hermansyah. ST  (12/10) merasa kaget atas persoalan yang ditanyakan karena sampai saat itu belum mendapat laporan dari pegawainya atas maslahah ini, Kadis pun menghubungi kepala bidangnya yang mengurusi masalah ini melalui telepon selulernya yang ternyata pagi-pagi sudah berada di lokasi kejadian, dirinya akan langsung kelokasi setelah selesai sholat jum’at. “ Saya belum mendapat laporan atas hal ini karena pegawai saya belum memberikan laporan, nanti saya akan mengecek kelokasi selesai sholat jum’at dan kemungkinan saya akan Melaksanakan sholat jum’at didaerah sana”, kata Kadis Disbima sambil menutup telepon usai berbicara dengan Kabidnya.
Dia juga mengatakan akan menegur pihak pelaksaana proyek karena pihak pelaksana masih ada garansi perbaikan selama 6 bulan setelah serah terima  proyek yang sudah dilaksanakan. “Saya akan menegur pihak pelaksana untuk memperbaiki pekerjaannya,  saat serah terima kemarin masih ada garansi pemeliharaan selama 6 bulan dan hal ini akan dilakukan perbaikan keseluruhan oleh pihak pelaksana karena ini merupakan masih tanggung jawab mereka (CV.Wargi)”, tuturnya
Kepala Gabungan Pengusaha Kontruksi (Gapensi) Kota Bogor, Andre ketika di hubungi melalui telepon genggamnya manyatakan benar bahwa CV.Wargi tersebut adalah anggota Gapensi dan mengenai permaslahan tersebut pihak pelaksana akan segera perbaiki pekerjaannya. “Memang benar CV. Wargi merupakan anggota dari Gapensi Kota Bogor, mengenai permasalah itu pihak CV. Wargi akan melakukan perbaikan pekerjaannya karena itu merupakan tanggung jawab pihak pelaksanadan memang pekerjaan itu belum rampung seluruhnya,” tandas Andre saat menemui ASPIRA guna memberikan keterangan atas permasalahan di atas, namun sayang pemilik CV.Wargi tidak hadir menemui ASPIRA karena menurut Andre sudah  diwakilkan dirinya.. (Sumburi/Ayu) 

Jumat, 30 November 2012

Komunitas Pelestarian Pusaka Budaya Bogor, Akan Persembahkan Pagelaran Seni Budaya


Peneliti, pelaku dan pemerhati Seni Budaya Bogor

Bogor, ASPIRA
Dalam upaya pelestarian pusaka budaya Bogor oleh masyarakat, Komunitas Pelestarian Pusaka Budaya Bogor akan mempersembahkan Pegeraran Seni yang akan berlansung di Roemah Kahoeripan, Parung Bogor pada hari Kamis, (6/12) mendatang yang akan menampilkan beberapa kesenian antara lain, Rajah Pamuka, Kacapi Suling, Pidangan Tari Tayub, Penca Cimande, Celempungan Sunda dan pagelaran wayang golek (fragmen).  Demikian dikatakan Ketua Komunitas Pelestarian Pusaka Budaya Bogor, Dewi Djukardi kepada wartawan dalam konferensi pers dikediamannya beberapa waktu lalu. Dalam kesempatan ini hadir pula beberapa pelaku seni dan pemerhati budaya Kota dan Kabupaten Bogor serta pengusaha seperti, Hardini Sumono dari BPPI, Ratna B Prijadi dari Batik Bogor Handayani Saung Geulis, Wawan Dewantara dari Padepokan Galuh Pakuan Bogor, Eman Sulaeman, dan dalang Ceceng Arifin.

Dikatakan Dewi, Pusaka (Heritage) budaya Indonesia yang kaya dan beragam bukan hanya benda bersejarah melainkan beberapa jenis kesenian daerah lainnya. “ Haritage bukan hanya benda bersejarah tetapi semua hala yang menyangkut keragaman seni dan budaya serta karya seni yang di antaranya, seni sastra, seni tari dan musik. Wujud kepedulian akan pelestarian seni dan budaya yang ada khususnya di Kota Bogor dan seluruh daerah Bogor umumnya merupakan seni dan budaya masyarakat masa lampau yang memiliki nilai historis tersendiri dalam kehidupan bermasyarakat bogor tempo dulu yang patut kita lestarikan,” Katanya

 “ Dalam pagelaran ini, lanjutnya, akan mengangkat tema “Upaya Pelestarian Pusaka Budaya Bogor Oleh Masyarakat” yang dimaksud untuk mengajak masyarakat Bogor bersama-sama dengan Komunitas pemerhati budaya. “ kami mengangkat tema “Upaya Pelestarian Pusaka Budaya Bogor Oleh Masyarakat” guna mengajak masyarakat Bogor untuk bersinegrgi dengan Komunitas pemerhati budaya dari berbagai daerah, Tokoh Masyarakat Bogor, pelaku aktif para komunitas pelestari, para pemerhati budaya dari berbagai negara yang pernah terlibat untuk melestarikan alam dan budaya melalui kegiatan yang akan dilakukan bersama, baik dalam bentuk pendidikan, pertukaran kebudayaan, workshop, pameran dan lain-lain,” jelasnya.
Pagelaran ini sendiri rencananya akan di hadiri oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Dr.Marie Pangestu dan Wakil Bupati Bogor Karyawan Faturrahman SH. Harapan dari Pagelaran Pelestarian Pusaka (heritage) Budaya Bogor 2012 ini dapat memberikan informasi tentang pentingnya pelestarian pusaka budaya baik nasional maupun internasional dan dapat terjalinnya hubungan antar tokoh seniman, tokoh masyarakat, serta masyarakat pecinta seni dan budaya pada generasi muda, yang akan menampilkan Tari Tayub. Tari Tayub ini akan dimainkan langsung oleh tokoh seniman senior Wawan Dewantara dari Padepokan Galuh Pakuan Bogor. Selain membawakan Tari Tayub, beliau juga akan melantunkan Rajah Pamuka. (Ayu)

Rabu, 21 November 2012

MCB, Memberikan Ruang Bagi Remaja Berprestasi


Ketua UMUM MCB, Bagus Karyanegara

Bogor, ASPIRA
Dalam memberikan kesempatan remaja Kota Bogor dalam mengapresiasikan kreativitasnya Masyarakat Cinta Bogor (MCB) selalu memberikan ruang khusus bagi mereka-mereka yang berprestasi sehingga  mendapat nilai kebanggaan bagi remaja itu sendiri atas kreativitas yang di miliki bagi para MCB Youth (sebutan bagi remaja yang tergabung dalam MCB) yang pada akhirnya remaja tersebut merasa dihargai atas prestasi dan kreativitasnya. Hal inilah yang ingin di capai MCB dalam membentuk MCB youth ini sebagai wadah mengekspresikan talenta dana kreatifitas guna menghindari pergaulan-pergaulan yang tidak diinginkan seperti tawuran, narkoba dan sebagainya. Demikian ungkapkan Ketua Umum MCB, Bagus Karyanegara saat menggelar acara “Bagusnya Akustik B-One” yang berlangsung di Taman Kencana Kota Bogor minggu (04/11) mulai pkul 10:00 hingga pukul 14:30 Wib yang di isi dengan penampilan akustik dari Nuaya Band, Penampilan Drumer Cilik, Natha, Tari Jaipong, Taqri Gangnam Style dan lain-lain. Acara ini sendiri di buka langsung oleh Ketua MCB, Bagus Karyanegara, juga di hadiri oleh anggota Komisi D DPRD, Kota Bogor, Yusuf Dardiri,  Lurah Babakan, Juandi R serta muda-mudi Kota Bogor yang memang sering berkumpul di taman ini setiap minggu pagi.
Menurut Bagus, penyelenggaraan acara seperti ini merupakan untuk mengakomodir bakat serta kreatifitas anak muda Kota Bogor untuk mengepresikan bakat dan minat mereka dari pada mereka melakukan hal-hal negative yang bisa merusak masa depannya,  dan kebetulan Taman Kencana ini merupakan tempat favorite sebagian besar remaja Kota Bogor. “ Acara seperti ini memang sengaja dilaksanakan untuk menarik energy positif yang ada didalam diri mereka kearah melalui bakat dan keinginan mereka sehingga dapat tersalurkan untuk menghindari kegiatan negative seperti tawuran dan sebagainya, karena kita terus mensosialisaikan bahwa tawuran tersebut adalah hal yang tidak benar sehingga angka tawuran  di Kota Bogor dapat di tekan dengan kegiatan seperti ini. Dengan mereka bergabung di MCB, mereka bisa menampilkan kapasitas apa yang mereka punya untuk meminimalis angka tawura itu sendiri,  karena energi mereka masih sangat luar biasa besar, dari pada mereka melakukan hal-hal negatife seperti tawuran dan macam-macam mulai sekarang bersihkan diri mereka terhadap hal-hal yang negative karena  disini kita koordinir untuk melakukan hal-hal yang positif” ,katanya
Bagus juga mengutarakan, dalam menampung kegiatan remaja yaitu dapat dilihat dulu dari kesenangan apa yang mereka miliki untuk dapat diarahkan kepada apa yang diinginkan. “ Kita bisa melihat kesenangan-kesenangan mereka mau melakukan apa, baru nanti akan ada prestasi yang dapat kita tampilkan, seperti Natha, Drummer cilik yang masih duduk di Bangku sekolah Dasar tetapi dia sudah mempunyai prestasi sampai tingkat nasional dan bahkan di tingkat Internasional yang itu semua merupakan pancingan buat mereka bahwa energinya mereka untuk disalurkan ke hal-hal yang lebih positif. Jika kegiatan mereka tersalurkan dalam hal-hal positif maka mereka akan lupa dengan kegiatan-kegiatan yang negative tadi sehingga lambat laut mereka akan lebih focus pada tujuannya yang dapat membuahkan prestasi. (Sumburi/Ayu)

Sabtu, 10 November 2012

Pelanggan Diminta Lebih Kritis Bila Menerima Petugas TusBung PLN



Bogor, ASPIRA

Terkait adanya pemberitaan mengenai adanya petugas Perusahan Listrik Negara (PLN) Unit Pelayanan Jaringan (UPJ) Bogor Kota yang berlaku kasar kepada konsumen yang menimpa warga Kampung Dekeng Kelurahan Cipaku, Kecamatan Bogor Selatan beberapa waktu lalu, Humas PLN Distribusi Jawa Barat-Baten, Kusmawan meminta masyarakat untuk berhati-hati dan lebih kritis terhadap petugas bila berhadapan dengan orang yang mengaku petugas dari PLN. Masyarakat diminta untuk mengecek identitas petugas tersebut, baik nama, surat tugas dal lain-lain, hal ini untuk menghidari adanya oknum yang memanfaatkan situasi seperti ini dengan mengaku petugas dari PLN tetapi oknum. Demikian dikatakannya saat di temui di kantornya jum,at (2/11) lalu.

Kusmawan mengakui, memang ada beberapa kasus yang menimpa masyarakat dengan melakukan pemerasan terhadap pelanggan PLN dengan mengaku petugas Putus Sambung (Tusbung), padahal itu semua adalah oknum yang sengaja menggunakan nama PLN untuk melakukan aksi kejahatan. “Memang tidak dapat dipungkiri dengan adanya beberapa oknum yang memanfaatkan keadaan seperti itu, bila memang petugas tersebut adalah petugas PLN akan berikan tindakan tegas bahkan sampai pemecatan dan bila petugas tersebut karyawan Outsorsing perusahaan yang bekerja sama dengan PLN maka kami akan me-blacklist  perusahaan tersebut atas tindakan karyawannya karena sudah melakukan tindakan yang merugikan konsumen,” akunya

Dia juga mengatakan, “contoh kasus yang menimpa di beberapa daerah dengan karyawan outsorsing yang karyawannya melakukan tindakan melanggar hukun dan merugikan konsumen perusahaan tersebut langsung di blacklist tidak bisa bekerja sama dengan pihak kami (PLN) selama 3 tahun. Hal ini kami lakukan demi menjaga nama baik PLN dan peningkatan kinerja pelayanan terhadap masyarakat, pasalnya, pihak kami tidak membenarkan sama sekali adanya pelakuan kasar dari petugas lapangan terhadap pelanggan karena prilaku itu tidak menyelesaikan masalah dan malah menimbulkan masalah baru, bila perlu petugas kami dilapangan saat mengujungi pelanggan bermasalah dengan santun bahkan kami ajarkan jangan sampai tetangga pelanggan tersebut mengetahui adanya penagihan dari pihak petugas demi menjaga kerahasiaan dan nama baik pelanggan tersebut”, katanya. Lebih parah lagi, lanjutnya, “perlakuan semacam ini dilakukan oleh karyawan PLN sendiri, kami tidak akan segan-segan mengambil tindakan tegas. Jika permasalahan itu sampai pada tingkat penipuan, maka kami akan menyelesaikan melalui jalur hukum sesuai peraturan dan undang-undang yang berlaku terhadap karyawan tersebut. Namun dengan masalah seperti ini, saya berterima kasih telah mendapat kritikan dari masyarakat tentang kinerja kami dan kami akan terus melakukan yang terbaik demi memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat, mengenai permaslahan diatas terus kami lakukan penyelidikan apakah benar petugas PLN atau oknum, semoga dalam waktu dekat kami dapa mengetahuinya”, harapnya (Sumburi)


Kamis, 18 Oktober 2012

Rentetan Konflik Dana Mbojo Yang Tidak Kunjung Usai


Jakarta, ASPIRA
Belum hilang dari ingatan kerusuhan Lambu, Kecamatan Sape, Kabupaten Bima beberapa bulan lalu hingga banyak korban jiwa berjatuhan, baru baru ini kembali bergejolak kerusuhan  horizontal di Dana Mbojo ( Tanah Bima) antara masyarakat Desa Roi dan Desa Roka tanggal 1 Oktober 2012 hingga menewaskan satu korban tewas saat di larikan ke puskesmas terdekat dan di susul aksi pembakaran Dusun Godo Desa Dadi Bou oleh masyarakat Desa Samili Kecamatan Woha yang menghabiskan separuh warga  dusun tersebut harus kehilangan tempat tinggal mereka dan juga korban  luka bakar atas peristiwa ini, yang menambah panjang konflik Dana Mbojo seolah tak kunjung usai.

Menurut saksi mata dilapangan yang di hubungi ASPIRA melalui telepon selulernya mengatakan, Peristiwa ini terjadi jauh sebelum peristiwa Desa Roi dan Desa Roka karena isu adanya dukun santet dari warga Dusun Godo yang menyebabkan salah satu warga Desa Samili meninggal, kejadian ini mernimbulkan saling ancam antar dua desa tersebut, dikatakan sumber yang namanya tidak mau dipublikasikan ini, sebelumnya sudah ada petugas dari Kepolisian yang menjaga, namun karena Desa Roi dan Desa Roka bergejolak petugas keamanan yang sejatinya mengamankan warga Dusu Godo dan Samili akhirnya harus di siagakan di Desa Roi dan Roka. Kesempatan ini yang di manfaatkan oleh warga Desa Samili untuk menyerang warga Dusun Godo. Alhasil melihat minimnya petugas  keamanan yang ada, membuat Warga Desa Samili leluasa melakukan aksi pembakaran terhadap rumah-rumah warga Dusu Godo, sementara petugas keamanan yang tersisa yang masih siaga tidak dapat berbuat banyak ketika aksi ini terjadi dan hanya bisa memberikan intruksi kepada warga Dusu Godo untuk mengungsi karena tidak bisa berbuat banyak jika melihat jumlah masa dan petugas yang ada tidak seimbang.


Atas peristiwa ini, Muncul kecaman dari berbagai pihak yang menyayangkan terjadinya peristiwa tersebut, berbagai bentuk kacaman yang mencul dengan memberikan kritikan pedas atas kinerja Pemerintah Kabupaten Bima  di bawah Pimpinan Ferry Zulkarnaen yang terkesan lamban mengatasi berbagai peristiwa kerusuhan di Bima hingga sampai jatuh korban jiwa. Seperti diungkapkan pengguna facebook dalam menanggapi peristiwa ini mengukapkan bahwa pemerintah Kabupaten Bima dan para petinggi kemanan disana terkesan lamban memberikan perintah hingga sampai terjatuh korban jiwa. “Penyelesaian konflik di Bima dari dulu tidak berjalan lancar, bukannya menyalakan aparat yang bertugas tetapi perintah pimpinan yang lamban,itulah yang terjadi di Godo yang seharusnya bisa di antisipasi”, tegasnya. Rentetan peristiwa yang terjadi ini juga merupakan kurangnya kesadaran dan pemahaman masyarakat dalam menerima isu-isu yang beredar yang sering di telan mentah-mentah hingga sampai menimbulkan konflik yang luar biasa, padahal isu-isu tersebut belum tentu dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya, kalau sudah terjadi peristiwa seperti ini masyarakat itu sendiri yang akan menjadi korban.

Ketuam Umum, Forum Komunikasi Kasabua Ade ( FoKKA) Jakarta, Drs. Muhammad  Latief, M.Si pun angkat bicara atas peristiwa ini. Latif Mengatakan, rasa cinta tanah air dan pemahamannya sudah mulai pudar di tengah masyarakat saat ini yang akhirnya manusia tidak lagi merasa dirinya mahluk Tuhan yang memiliki satu potensi untuk saling menghargai satu dengan yang lain. “ Cinta tanah air merupakan harga mati terhadap bangsa dan negara Republik Indonesia bagi rakyatnya, namun hampir semua masyarakat di republik ini sudah mulai bergeser terhadap nilai-nilai etika dan moral. Adapun penyebabnya adalah, yang pertama, manusia tidak lagi merasa dirinya sebagai mahluk Tuhan yang mempunyai satu potensi yang tinggi untuk saling menghargai satu dengan yang lain. Dan yang kedua, rasa kemanusiaan sebagai bangsa yang mempunyai budaya dan etika untuk menghargai pandangan, pendapat atau hak-hak orang lain sudah mulai luntur sehingga hal ini menjadi satu titik kelemahan yang berakibat munculnya kesenjangan-kesenjangan yang ada pada kehidupan bermasyarakat,” ungkapnya.

Dia juga mengatakan, Dalam pendangan berpolitik, kecerdasan emisional  sudah tidak lagi digunakan sebagai landasan untuk memahami perbedaan dan pendapat orang lain yang seharusnya perbedaan itu merupakan sebuah harmonisasi perpolitikan malah justru dianggap sebuah ancaman bagi kubuh tertentu yang akhirnya menimbulkan konflik. “Seperti didalam berpolitikan, kita seharusnya menghargai perbedaan ,kalau kecerdasan emosional untuk memahami bagaimana perbedaan pendapat orang lain sudah tidak lagi dianggap sebagai penghargaan dan justru di anggap musuh ini yang kadang menjadi pemicu, seharusnya perbedaan ini diberikan penghargaan yang tinggi, karena setiap perbedaan akan menghasilkan keharmonisan tetapi kadang-kadang sebuah pendapat yang tidak tersampaikan yang dapat memicu konflik di tengah masyarakat bahkan sampai pada pengrusakan asset-aset yang menjadi kepentingan public,” tuturnya.
Dijelaskannya, “Keributan-keributan yang terjadi di Bima pada saat ini akibat sikap anarkis yang telah menghilangkan citra Dana Mbojo (Tanah Bima) pada tempo dulu yang satun dan agamais tidak ada satupun konflik-konflik yang berarti karena pada waktu itu hampir di setiap rumah terdapat pengajian, dari anak kecil hingga dewasa dan bahkan orang pada setiap habis magrib, dan masih ada guru-guru ngaji dan tokoh masyarakat yang di segani sehingga setiap  ada permasalahan selalu bisa diredam agar tidak sampai timbul konflik yang berakhir sampai jatuhnya korban jiwa seperti sekarang ini,”jelasnya
 “Seperti Tente kecamatan Woha yang menjadi barometer  pusat perdagangan  dari berbagai Desa lain seperti,Desa Sambori, Desa Ngali, Desa Ncera, Desa Renda, Desa Samili, Desa Daibou, Desa Donggobolo dan beberapa desa lainnya tetapi tidak ada  konflik yang sifatnya menyangkut masalah kriminal atau konflik yang berakar pada kesenjangan  sosial, apa lagi sampai pada perusakan aset pemerintahan , pembakaran rumah dan hal-hal yang bersifat merugikan banyak pihak. Kenapa timbulnya sekarang, ini yang menjadi pertanyaan besar kita, penyebabnya adalah krisis kepercayaan terhadap kepemimpinan Pemkab Bima, sudah mulai pudar, bukan hanya di birokrasi pemerintahan tetapi hal ini terjadi juga kepemimpinan di bidang agama, tokoh masyarakat yang mempuyai satu kekuatan ilmu-ilmu agama, ilmu psikologis serta kekuatan kemampuan memberikan contoh kepada masyarakat tentang bagaimana kehidupan religius keagamaan, pemahaman moral dan etika dan budaya. Sehingga masyarakat tidak akan berani berbuat untuk melanggar etika dan moral karena peranan tokoh agama, guru ngaji, pendidik dan tokoh masyarakat pada waktu itu sangat disegani, namun saat ini muncul  generasi baru yang mempunyai intelektul yang harusnya  bisa untuk mengdepankan pengembangan dibidang akidah agama, Nilai-nilai spiritual.
Hal ini juga kurangnya komunikasi Pemkab Bima dalam hal ini Bupati Bima, Ferry Zulkarnaen kepada masyarakat yang seharusnya dapat memberikan kontribusi yang tinggi terhadap perkembangan pembagunan yang ada di wilayah tersebut seakan terlupakan, setiap keinginan masyarakat tidak terserap dengan baikm, akhirnya menimbulkan kesenjangan sosial antar masyarakat itu sendiri, apalagi janji-janji politik yang belum sepenuhnya dapat dilaksanakan. Fungsi DPRD sebagai pengontrol kinerja pemerintah harusnya terus melakukan pengawasan terhadap langkah pemerintah, apakah keinginan atau kebutuhan masyarakat sudah terpenuhi atau tidak? Sementara di bidang pembangunan kepariwisataan seharusnya bisa menjadi prioritas utama, karena Dana Mbojo memiliki banyak wisata alam dan wisata sejarah yang patut di jual guna menarik devisa daerah, seprti, Wadu Pa’a (batu ukir) Desa Sowa, Mada Pangga, Pulau Ular dan masih banyak beberapa situ pra sejara lainnya”, paparnya
Latif menharapkan,  peristiwa yang terjadi Di Dusun Godo,DesaRoidan DesaRoka ini menjadi yang terakhir, karena kalau kita balik kebelakang Dana Mbojo memiliki motto “ Maja labo Dahu Kasabua Ade, Kasabua Nggahi, Kasabua Rawi kemudian Ndi Maka Taho Rasa Ma Labo Dou, Mbolo Labo Dampa”, Setiap persoalan dimusyawarakan, yang tidak baik jangan langsung ditelan metah-mentah kemudian main sikat karena itu bukan merupakan karakter Dou Mbjo (Orang Bima). (Sumburi )